Heboh Pengakuan Bangga Seorang Pelakor, Apakah Pelakor Miliki Gangguan Jiwa?

Deasy Natalia

Jagad media sosial baru-baru ini dihebohkan oleh pengakuan wanita berusia 19 tahun yang bangga menjadi pelakor. Wanita berhijab itu mengaku mencintai seorang pria berumur.

“Aku 19 tahun, dia 63 tahun. Umur bukan penghalang untuk kami bersama yang penting keikhlasan di hati biarlah apa orang nak cakap, kami akan tetap bersama. Aku dan dia selamanya,” tulis wanita tersebut di laman TikTok bernama @sarafadzil. 

Wanita tersebut pun mengaku bahwa pria yang bersamanya telah memiliki istri. “Harap bini pertama tak nampak post ni.” 

Postingan tersebut pun menjadi viral di sosial media. Netizen mencibir. Menganggap aksi wanita tersebut tak tahu malu. 

Fenomena pelakor seolah tak ada habisnya. Tak pandang bulu, mulai dari kalangan pejabat, artis hingga masyarakat biasa pun banyak yang rumah tangganya hancur akibat pelakor. 

Tak habis pikir yah! Apa sih sebetulnya alasan seseorang menjadi pelakor? 

Ada berbagai alasan seseorang menjadi pelakor. Bisa karena materi atau keinginan yang kuat untuk bersaing dan menguasai orang lain.

Pelakor adalah orang yang hidup dengan norma kemanusiaan yang rendah. Tidak merasa bersalah telah merebut dan merusak rumah tangga orang lain, karena tidak mengetahui norma yang baik. 

Eits tunggu dulu, pelakor tidak hanya wanita aja yah. Laki-laki juga banyak lho yang berusaha merebut dan merusak rumah tangga seseorang. Kalau di Indonesia, istilahnya adalah pebinor atau perebut bini orang. 

Dikutip dari Psychology Today, psikolog klinis Stephanie Newman membeberkan alasan seseorang bisa menjadi pelakor. 

Sensasi menantang

Berhubungan dengan pria yang telah menikah memiliki sensasi tersendiri, karena lebih menantang. 

Kompetitif

Berhubungan dengan pria yang telah menikah ternyata juga dianggap bisa meningkatkan rasa percaya diri. Pelakor akan merasa lebih hebat dibandingkan dengan istri pria tersebut. 

Kontrol Diri Rendah

Pelakor ternyata memiliki kontrol diri yang rendah, sehingga tidak menyadari mana perbuatan baik dan buruk. Mereka memiliki empati yang sangat lemah, sehingga tidak peduli dengan nasib orang lain. 

Lantas apakah pelakor dan pebinor memiliki gangguan mental? 

Jawabannya adalah tergantung dari kasusnya. Kalau dikarenakan ketidaksengajaan, maka tidak bisa dikatakan sebagai gangguan mental. 

Tapi…..

Kalau hal tersebut dilakukan untuk memenuhi hasrat kesenangan pribadi, bahkan merasa bahagia melihat seseorang hancur, atau bahkan menjadi hobi dan rutinitas, bisa dikatakan pelakor adalah seseorang dengan gangguan mental. 

Bahasa kerennya adalah gangguan kepribadian narsistik. Pelakunya selalu merasa lebih hebat, lebih baik daripada orang lain, dia tidak peduli apakah orang lain menderita karena perbuatan yang dilakukannya. 

Wah ngeri yah. Nah kalau sudah merasa bangga sebagai pelakor, sudah jelas gangguan mental dong yah.   


 

Comment (0)
Comment is under moderation
 
More from Deasy Natalia
Testing Artikel ke #1
Sungguh memilukan ketika pasangan kamu tiba-tiba menghilang tanpa peringatan atau...
Tahukah kamu bahwa ada lima bahasa cinta yang berbeda? Kenali...
 
Gelisah karena persoalan cinta, Join terapi menulis
More from Deasy Natalia
Testing artikel #1
Testing artikel #1
Testing Artikel ke #1...
Ghosting, Akhir Hubungan yang Menyakitkan
Ghosting, Akhir Hubungan yang Menyakitkan
Sungguh memilukan ketika pasangan kamu tiba-tiba menghilang tanpa peringatan atau penjelasan apa pun....
More from BDC
membaca atau mendengar cerita pengantar tidur tentang cinta adalah pilihan...
Cerita selfcare kali ini ingin menceritakan bahwa banyak lho kasus...
Aksi begal payudara kembali mengegerkan sosial media. Seperti apa sih...
Pengalaman menyedihkan dalam long distance relationship (LDR) dari salah satu...